Friday, September 12, 2003

Berikut seri tulisan gw di Astaga Layar dulu, sayang gak bisa gw temuin lagi alamatnya di internet:

Slapstick dari Zaman ke Zaman (1)

Penikmat film dan sinetron komedi mungkin tidak asing dengan istilah slapstick. Seringkali slapstick diasosiasikan dengan humor kelas rendahan yang tidak menarik. Namun buktinya slapstick mampu bertahan dari abad ke abad. Tidak hanya bertahan, slapstick terbukti mampu mengumpulkan banyak penonton. Slapstick dalam Encyclopedia Britannica diterjemahkan sebagai suatu jenis komedi fisik bercirikan humor yang kasar, situasi absurd dan bersemangat, tak jarang menampilkan aksi kekerasan. Komedi slapstick sendiri sebenarnya membutuhkan keahlian khusus, lebih dari sekedar pelawak dan badut biasa, acap kali slapstick pun membutuhkan adegan-adegan akrobatik, pemeran pengganti (stuntman) bahkan pesulap, untuk membuatnya berhasil menghadapi berbagai rintangan dalam waktu yang tepat.
Aneh mengingat kekerasan bisa jadi kunci atraksi sebuah komedi. Hal ini wajar saja mengingat istilah slapstick sendiri diambil dari nama sebuah senjata yang jadi favorit dalam pertunjukan ini. Slapstick merujuk sepasang tongkat tidak untuk menyakiti. Terdiri dari 2 potong kayu yang digunakan untuk menempeleng dan menimbulkan suara pukulan keras ketika tongkat itu menyentuh seseorang. Alat ini pertama kali digunakan pada abad ke-16, ketika Harlequin, salah satu karakter utama dalam sandiwara komedi Italia, dell'arte, memukul bokong korban leluconnya.
Adegan keras dan berguling-guling telah menjadi ciri khas komedi ini sejak zaman dahulu kala. Slapstick mendapat tempat sebagai tontonan populer sejak pertama kali manusia mengenal seni pertunjukan zaman Yunani kuno dan Romawi Kuno. Dalam kebudayaan kuno di bangsa-bangsa non-Barat pun tradisi slapstick sudah dikenal mulai dari China, Jepang, India bahkan Indonesia. Slapstick bisa muncul sebagai menu utama pertunjukan atau sekedar sisipan belaka. Modusnya hampir mirip, diawali dengan baku cela antara para pemain lantas kejar-kejaran dan berakhir dengan kekerasan yang menimbulkan kelucuan. Sukses komedi ini pun membuatnya tetap digemari di masa Renaissance yang menambah perbendaharaan lelucon dengan dikenalnya alat-alat baru dan senjata lawakan. Di masa ini lah, kita mengenal comedia dell'arte, sandiwara komedi Italia yang menjadi tonggak slapstick sepanjang zaman. Di masa ini, slapstick juga muncul dalam pertunjukan boneka buat anak-anak.
Slapstick menggapai spektrum baru ketika ditampilkan di music hall dan gedung opera tempat para bangsawan menghibur diri di akhir abad ke-19. Di atas panggung ini komedian seperti George Formby dan Gracie Fields mencetak sukses mereka sebagai aktor slapstick. Mereka lah yang dipercaya sebagai orang yang kemudian membawa slapstick ke layar perak. Dunia sinema yang muncul sejak awal abad ke-20 memang menawarkan berbagai kemungkinan baru bagi slapstick hingga mencapai keemasannya. Berbagai teknik yang diterapkan di layar perak menambah bahan lelucon sekaligus memperumit tingkat kesulitan yang harus dihadapi bintang slapstick. Beberapa adegan yang khas lewat dunia film antara lain adalah lempar-lemparan kue pie atau tart ke wajah orang lain. Berikut sekilas tokoh-tokoh yang mempopulerkan slapstick dari zaman ke zaman di layar perak. Mulai zaman film bisu, film bersuara hingga masa kini.

Mack Sennet
The King of Comedy, demikianlah julukan yang disandang Mack Sennet hingga kini. Pria yang lahir di Quebec, Kanada, 17 Januari 1880 ini mulai berkarir di panggung sejak 1902 ketika berpasangan dengan aktris Marie Dessler, belakangan keduanya memutuskan terjun di dunia sinema. Sepanjang hidupnya Sennet tercatat berakting dalam 273 film sejak 1908, menyutradarai 328 film mulai 1910 dan memproduksi 386 film mulai 1911, semuanya komedi!. Pada 1912, ia mendirikan Keystone Studio, nama yang lantas jadi trade-mark bagi era film bisu. Lewat Keystone ia menemukan Charlie Chaplin. Film-film sukses yang dibintanginya antara lain The Lonely Villa (1909)dan A Muddy Romance (1913). Film cerita panjang pertama di dunia juga lahir lewat produksi Sennet Tillie's Punctured Romance (1914). Sennet mendapat Piala Oscar kehormatan pada 1938 sebagai Master of fun, penemu bintang-bintang dan kepahaman dan kepeloporan dalam film komedi. Selain itu pada 1932 ia pun mendapat 2 nominasi dan menang salah satunya. Sennet wafat di California pada usia 80 tahun.

Harold Lloyd
Lloyd adalah salah satu aktor terbaik temuan Mack Sennet. Aktor kelahiran Nebraska, 1893 ini mulai berakting di atas panggung sejak 12 tahun. Ia mendalami kemampuan aktingnya di School of Dramatic Art, San Diego. Lloyd tampil di layar perak sejak usia 20 tahun. Kesuksesan diraihnya setelah berkolaborasi dengan Mack Sennet dan menghasilkan film-film tak terlupakan seperti; Just Nuts (1915) dan Stop!Luke!Listen! (1917) dimana ia membawa karakter Lonesome Luke. Selain itu ia pun sukses dalam Safety Last (1923). Salah satu bukti pengaruh Harold Lloyd bisa kita temukan jejaknya lewat karakter Clark Kent dalam cerita komik Superman yang lantas juga berkali-kali diangkat ke layar perak. Pamornya turun sejak era film suara, walaupun ia sempat tampil dalam sejumlah film, namun rupanya penonton lebih menyukai bintang-bintang baru. Namun kiprah Lloyd dalam dunia film tetap tak terputus. Belakangan ia pun sibuk dengan berbagai eksperimen teknologi untuk menampilkan film berwarna bersama Technicolor. Dunia pun mencatatnya sebagai salah satu tokoh yang melahirkan film berwarna. Ia mendapat Oscar kehormatan pada tahun 1953. Lloyd wafat pada 1971 di Beverly Hills California. Ketika wafat, Lloyd telah membeli hak cipta 201 film yang dibintanginya. Namun beberapa diantaranya kini telah dibeli dan dirilis ulang oleh HBO dan Thames.

Charles Chaplin
Tak bisa dipungkiri, Chaplin adalah komedian terbesar sepanjang zaman. Lahir di London 1889, Chaplin mulai tampil di atas panggung sejak 1906 bersama group Fred Karno. Group itu pula yang membawanya ke New York pada 1910 dan ditemukan Mack Sennet. Chaplin tampil dalam debutnya Making A Living (1914). Karena sukses film pertamanya, sepanjang tahun itu Chaplin main di 35 film dan 14 film lagi tahun berikutnya. Ia mulai menyutradarai sendiri film ke-13 nya Caught in The Rain. Selain 2 film itu, film Chaplin masa itu yang mencatat sukses besar antara lain Kid Auto Races at Venice (1914) dimana ia mulai memperkenalkan ciri khasnya Little Tramp, dengan kumis petak, topi tinggi dan jas lusuh, The Tramp (1915), The Rink (1916), Easy Street (1917), The Cure (1917), The Immigrant (1917), A Dog's Life (1918), Shoulder Arms (1918), The Kid (1921). Pada 1919, Chaplin mendirikan United Artist (UA) yang masih berdiri hingga kini. Lewat UA, Chaplin mencetak karya-karya besar dalam hidupnya seperti Woman in Paris (1923), The Gold Rush (1925), The Circus (1928), City Lights (1931), The Modern Times (1936) dan memulai film bersuaranya yang juga sukses The Great Dictator (1940). Dalam The Circus, Charlie Chaplin awalnya mendapat beberapa nominasi Oscar, namun akhirnya namanya disingkirkan karena kemampuan kompetitif Chaplin ketika itu jauh diatas peserta lain. Sebagai gantinya ia mendapat Piala Oscar kehormatan atas kecakapan dan kejeniusan dalam akting, penulisan skenario, penyutradaraan dan produksi. Tahun itu adalah tahun pertama Piala Oscar digelar.
Namun ketenaran juga berarti tantangan, berkali-kali Chaplin dipojokan pada skandal-skandal yang merusak namanya. 4 perkawinan Chaplin dengan gadis berusia belasan tahun mendapat sorotan luas di media. Konon perkawinan keduanya dengan aktris Lita Grey yang berusia 16 tahun dan ia 35 tahun menjadi inspirasi film Lolita. Selain itu ketika membuat film black comedy Monsieur Verdoux (1947), Chaplin mulai diprotes banyak orang. Film ini dan film sebelumnya The Modern Times, Chaplin dituduh seorang komunis. Di awal perang dingin ketika itu, tuduhan komunis adalah tuduhan yang sangat berat. Ketika sedang mempromosikan film Limelight (1952) ke Inggris. Visa Chaplin dan istrinya dicabut hingga tidak bisa kembali ke AS. Selama ini memang ia tidak pernah menjadi warga negara AS. Ia akhirnya tinggal di Swiss dan menyutradarai 2 film terakhirnya A King in New York (1957) film yang mengejek perilaku Amerika. Film ini dilarang beredar di AS hingga 1976. Terakhir ia tampil sekaligus menyutradarai A Countess from Hong Kong (1967) dengan bintang Sophia Loren dan Marlon Brando. Chaplin benar-benar tidak kembali ke AS hingga 1972 ketika ia mendapat Oscar untuk Life Time Achievement. Gelombang applaus tak terputus selama 12 menit dalam upacara itu, membuktikan bahwa Chaplin tetap dicintai oleh publik film. Chaplin dinominasikan di 5 kali Oscar dan menang 3 diantaranya. Selain 1928 lewat the Circus dan 1972, kemenangan terakhir Chaplin adalah di Oscar 1973 untuk ilustrasi musik terbaik lewat film Limelight yang sudah dirilis dan beredar di luar AS sejak 1952. Pada 1941 lewat Great Dictator ia mendapat 3 nominasi untuk aktor terbaik, skenario dan film terbaik. 1948 ia dinominasikan untuk skenario terbaik lewat Monsieur Verdoux. Ia wafat dalam tidurnya di Swiss, hari natal 1977. Sebelum wafat ia sempat diberi gelar kebangsawanan oleh Ratu Inggris pada 1975.

Kendati kehilangan banyak tokoh pentingnya namun slapstick tetap melaju menembus berbagai zaman dan melahirkan tokoh-tokoh baru di masa film bersuara hingga masa kini. Baca kisah selanjutnya tetap di A! Layar(/EwinK)


Slapstick dari Zaman ke Zaman (2)

Pencapaian teknologi dunia sinematik telah memperkenalkan film bersuara produksi Warner bros. lewat Don Juan (1926) dan The Jazz Singer (1927). Setelah bisa bersuara, maka pamor bintang-bintang film bisu mulai pudar. Tak banyak yang sanggup bertahan di era baru ini, film bersuara mulai menuntut kemampuan yang sering tidak bisa dipenuhi bintang-bintang film bisu seperti menyanyi ataupun berdialog cepat saat baku cela dan lain-lain. Selain bintang film bisu, sandiwara radio pun mulai tenggelam, karena bintangnya berebut rezeki di ladang film,namun tak banyak yang sukses. Di era baru itu, penonton tampaknya ingin mengenal wawasan baru dengan wajah-wajah dan suara yang baru dikenal, tidak dari era kebisuan dan kegelapan seperti sebelumnya.
Film-film slapstick tak ketinggalan terkena imbasnya. Slapstick yang selama ini hanya mengandalkan aksi-aksi kocak tanpa suara harus kembali ke era panggung dimana suara dan aksi bisa berjalan bersama dan tetap mengundang kelucuan. Inilah sebabnya bintang-bintang yang besarnya di dunia film bisu seperti Harold Lloyd kadang sulit bertahan. Ketika masih jadi aktor panggung, Lloyd tidak spesifik menjadi aktor komedi. Charlie Chaplin justru bisa bertahan karena masa mudanya dimatangkan dari panggung ke panggung. Selain itu ditunjang pula oleh talenta luar biasanya. Ditambah pula serangan film animasi yang juga menampilkan karakter slapstick seperti Walt Disney dengan Donald Duck- nya. Pada awal era film suara, slapstick umumnya menonjolkan group-group lawak menggusur pelawak individual era film bisu. Saat ini lah muncul kelompok lawak seperti Laurel and Hardy, The Marx Brother, Three Stooges, Jerry Lewis dan Dean Martin.

Laurel and Hardy
Stan Laurel dan Oliver Hardy memenuhi segala kriteria menjadi pasangan slapstick. Trademark mereka menampilkan Laurel kurus, aksen british yang kental, canggung, mudah stres, tergantung dan tak berdaya sementara Hardy bertubuh gemuk, aksen southern yang khas, bossy, protektif dan sering jahil. Mereka dipertemukan pertama kali dalam film bisu Lucky Dog (1917) kemudian berakting bersama dalam sekitar 90an film lainnya. Sukses besar pertama bagi duet mereka adalah setelah mereka menjadi bintang utama dalam Putting Pants on Phillip (1927). Film sukses mereka yang lain diantaranya The Battle of the Century (1927), Leave 'em Laughing (1927), The Music Box (1932), Sons of the Desert (1933), dan Way Out West (1937). Mereka dipertemukan dan sempat diceraikan oleh produser Hal Roach. Namun akhirnya mereka kembali bersama hingga 1952.
Stan Laurel sebelum menginjak AS bergabung dengan kelompok sandiwara Fred Karno, awalnya Laurel adalah pemain lapis buat Charlie Chaplin bintang panggung saat itu. Namun sebelumnya Laurel telah bermain teater, drama, menyanyi dan bergabung dengan sirkus dari panggung ke panggung. Sementara Oliver Hardy memulai karir sebagai penyanyi soprano sejak 12 tahun walaupun sempat terhenti ketika ia menyelesaikan sekolah hukumnya. Awal karir Laurel di layar perak sempat terhambat, karena bola mata birunya membuat ia tampak buta di film hitam putih, namun Laurel selamat karena tak lama menunggu sampai Technicolor menemukan teknik film berwarna. Kedua aktor ini selamat di masa transisi film bisu ke film suara karena mereka berlatar sebagai penyanyi. Setelah kematian Hardy pada 1957 karena stroke, Laurel dilanda depresi yang tak pernah sembuh hingga wafatnya 1965. Benar-benar sahabat sejati. Sebelum meninggal Stan Laurel masih sempat menerima Piala Oscar Life Achievement Award untuk kepeloporan dalam film komedi pada tahun 1961 dan Life Achievement Award dari Screen Actors Guild Award pada 1964.

The Marx Brothers
Formasi awal 4 bersaudara ini terdiri dari Chico (lahir 1887), Harpo (lahir 1888), Groucho (lahir 1890) dan Gummo (lahir 1892). Karir mereka didukung penuh oleh ibu mereka yang juga aktris panggung Minnie Marx. Gummo digantikan adiknya Zeppo (lahir 1901) pada 1918. Kwartet jenaka ini mulai menghibur penggemarnya sejak 1908 lewat sandiwara radio dan panggung The Four Nightingales (1908-1910). Selanjutnya mereka tampil dalam sejumlah drama komedi musikal dari panggung ke panggung hingga menjadi bintang di Broadway. Sukses besar di panggung dan di radio, membuka kesempatan mereka menjajal layar perak. Debut layar lebar pertama mereka bersama adalah lewat Humor Risk (1921). Sukses mereka di layar perak ketika dimulai mengangkat sandiwara panggung mereka ke layar lebar diantaranya The Cocoanuts (1929), Animal Crackers (1930), Monkey Business (1931), Duck Soup (1933), A Night at the Opera (1935), A Day at the Races (1937), dan Room Service (1938). Sempat berpisah dan berkarir individual setelah The Big Store (1941). Namun bergabung kembali dalam A Night in Casablanca (1946) hingga film terakhir mereka The Story of Mankind (1957). Diantara mereka berempat, hanya Groucho yang sukses bersolo karir setelah film terakhir mereka. Groucho sempat menerima Oscar Honorary Award pada 1974 untuk kreativitas brilian yang telah dilakukan bersama Marx Brothers. Sebelumnya tahun 1951 Groucho pun mendapatkan Emmy Award sebagai Most Outstanding Personality in television.

Three Stooges
Kalau ada simbol paling mengemuka dari komedi slapstick sepanjang abad lalu, maka Three Stooges lah yang paling memadai. Seperti kebanyakan komedian, mereka mulai dari panggung, sebagai pendamping komedian Ted Healy. Awalnya adalah kwartet beranggotakan Moe, Larry, Shemp dan Fred Sanborn. Debut layar perak mereka adalah Soup to Nuts (1930). Namun Fred dan Shemp meninggalkan kwartet untuk solo karir. Posisi Shemp digantikan saudaranya Curly. Mereka pun menamakan formasi ini, Three Stooges dan ditemani aktris Bonny Bonnell. Formasi baru ini menandatangani kontrak dengan MGM untuk 5 film; Meet the Baron (1933), Plane Nuts (1933), Dancing Lady (also 1933, with Joan Crawford), Fugitive Lovers and Hollywood Party (keduanya 1934). Kelima film ini sukses menjejakkan nama mereka di layar komedi. Mereka lantas bergabung dengan Columbia Pictures pada tahun 1934 tanpa Bonny. Kerjasama ini bertahan hingga 1959. Mereka mulai dengan Men In Black (1934) yang dinominasikan sebagai film terbaik Oscar tahun itu. Selain itu mereka sukses dengan Three Little Pigskins (1934, dibintangi juga oleh Lucille Ball yang masih muda), Hoi Polloi (1935), Violent Is the Word for Curly (1938), In the Sweet Pie and Pie, An Ache in Every Stake, Dutiful But Dumb (semua 1941), dan Micro-Phonies (1945). Seperti Chaplin mereka pun sempat membuat parodi tentang nazisme Jerman yang menjad momok global pada awal PD II lewat You Natzy Spy (1940) dan I'll Never Heil Again (1941). Keduanya pun mencatat sukses di pasaran. Seusai Perang Dunia II, Curly terkena stroke dan mengundurkan diri. Posisinya diambil alih kembali oleh saudaranya Shemp. Namun tak lama, Shemp wafat 1955. Posisinya sempat digantikan komedian Joe Besser hingga 1958. Pada tahun 1958 masuklah Joe DeRita tampil sebagai Curly Joe. Seolah-olah Curly Joe adalah gabungan Curly dan Joe Besser. Three Stooges pun kembali menemukan format lawakan mereka. Film pertama formasi ini adalah Have Rocket, Will Travel (1959), film ini adalah perayaan 25 tahun bergabung dengan Columbia. Sesudah itu mereka secara ekstensif mengembangkan usahanya, selain tampil di banyak acara, mereka pun membuat merchandise mulai buku komik hingga boneka dan berbagai barang lainnya. Film terakhir mereka antara lain The Three Stooges Meet Hercules, The Three Stooges in Orbit (keduanya 1962), dan The Outlaws Is Coming (1965). Setelah mengundurkan diri, mereka justru menyaksikan film mereka makin digemari. Kendati sempat dicerca aktivis perempuan karena dituduh melecehkan perempuan. Kekerasan yang digunakan pun sering dinilai berlebihan, namun tetap saja membuat seisi bioskop terbahak-bahak menyaksikannya.

Jerry Lewis dan Dean Martin
Lewis lahir dalam keluarga panggung, ia telah tampil sejak usia 12 tahun dan memutuskan meninggalkan bangku sekolah menengahnya untuk serius berkarir di panggung. Ia tampil di berbagai pertunjukan di kota New York, mulai dari panggung hingga night club. Pada tahun 1944, ia bertemu dengan penyanyi Dean Martin dan memulai pertunjukan bersama dari penggung ke panggung hingga berakhir di Hollywood, Mereka memulai debut filmnya lewat My Friend Irma (1949) dan mencatat sukses besar. Segera tahun berikutnya dibuat sekuelnya My Friend Irma Goes West. Tahun itu pun mereka membuat At War with the Army. Sesudah itu mereka membuat 16 film bersama dalam 8 tahun. Diantaranya yang mencatat sukses besar adalah Scared Stiff (1953), Living It Up (1954), Artists and Models (1955), dan Hollywood or Bust (1956). Setelah membuat Pardners (1956), persahabatan mereka pun pecah dan masing-masing mulai bersolo karir.
Solo karir Lewis dimulai lewat The Delicate Delinquent (1957). Sesudah itu ia masih sukses dengan The Bellboy (1960), The Errand Boy (1961), The Ladies' Man (1961). Sukses besarnya adalah The Nutty Professor (1963), sebuah versi parodi dari kisah Jekyll and Hide yang sempat buat ulang oleh Eddy Murphy 30 tahun kemudian. Lewis sempat mundur dari dunia film setelah menyelesaikan Which Way To The Front? (1970). Sedangkan Dean Martin sesudah berpisah dengan Lewis pun mencatat kesuksesan. Ia kembali menjadi penyanyi dan meluncurkan beberapa album laris. Ia pun sempat tampil dalam film seperti The Young Lions (1958), Some Came Running (1958), Bells Are Ringing (1960), Toys in the Attic (1963), dan Airport (1970). Selain itu ia punya acara tivi-nya sendiri berjudul The Dean Martin Show (1965-1973) dilanjutkan dengan The Dean Martin Comedy Hour (1973-1974). Duet mereka dipersatukan kembali pada 1976 dalam sebuah konser Frank Sinatra. Rupanya Frank yang penggemar berat duet ini mengundang keduanya ke atas panggung. Walaupun hanya sesaat, pertemuan mereka menimbulkan suasana mengharukan bagi penonton. Bagi Lewis sendiri, pujian profesional serius diterimanya justru setelah ia kembali di dunia film tahun 1981 lewat Hardly Working. Setelah itu peranannya sebagai Aktor Pembantu dalam The King of Comedy (1983) mencatatkan pujian baginya dan memperoleh berbagai penghargaan. Sesudah itu, ia sempat banting setir menjadi aktor watak dalam serial tivi terkenal saat itu Wiseguy (1988-1989). Sebelum akhirnya ia berhenti total dari dunia film sejak menyelesaikan film Funny Bones (1995)

Periode modern dalam dunia sinema dimulai sejak usai PD II. Di masa ini, pencapaian teknologi tidak lagi berkutat bagaimana menampilkan gambar bersuara dan berwarna, namun dimulai perlombaan efek khusus yang menambah kesan dramatik. Berbagai perubahan wajah dunia dan teknologi perfilman pun memaksa bintang slapstick untuk beradaptasi dalam karya-karyanya. Berikutnya akan kita lihat kiprah bintang-bintang era sinema modern yang dimulai sejak periode 1970-an. Simak terus di A! Layar. (/EwinK)


Slapstick: Dari Zaman ke Zaman (3-terakhir)

Perkembangan teknologi pasca PD II tidak lagi berusaha menampilkan gambar yang bersuara dan berwarna. Dunia film telah bertransformasi menjadi bisnis hiburan kelas satu dan melibatkan jutaan dollar. Berbagai eksperimen teknis dilakukan untuk meningkatkan kualitas rekaman gambar dan suara juga teknik pemutarannya. Selain itu, berbagai inovasi pun dicapai dalam special effect. Pencapaian teknis ini membuat film lebih memadai sebagai alat hiburan.
Bintang-bintang slapstick yang harus memiliki keahlian khusus selain melawak pada periode sebelumnya. Kini dituntut memiliki kemampuan akting dengan efek-efek khusus yang diciptakan studio. Mereka pun harus tampil bahkan dengan tingkat kerumitan busana yang lebih tinggi. Di sisi lain, perkembangan televisi yang sebenarnya membuka ruang baru bagi mereka, menambah tantangan bagi slapstick. Daya jelajah tivi yang luas membuat mereka tidak bisa menampilkan adegan kekerasan secara vulgar. Televisi pun menyuburkan jenis-jenis komedi lain, tidak sekedar komedi satire atau pun slapstick, tapi juga komedi keluarga dan komedi situasi. Segera saja jenis ini pun menjadi tontonan yang digemari di layar perak. Aktor slapstick kini harus juga berurusan dengan skenario yang baik dan untuk merealisasikannya mereka pun harus memiliki kemampuan akting yang juga memadai. Berikut beberapa aktor slapstick yang mampu bertahan dan tetap digemari hingga kini.

Chevy Chase
Awalnya dikontrak sebagai salah satu penulis skenario dalam acara Saturday Night Live (SNL). Talenta luar biasa menggiringnya ke depan kamera sejak 1975. Tahun pertamanya memandu acara tivi favorit itu pun memberinya 2 Emmy Award untuk penulisan skenario dan penampil tunggal terbaik di televisi tahun 1976. Sukses acara tersebut membawanya ke layar perak langsung sebagai pemeran utama dalam Foul Play (1978) bersama aktris komedi terkenal Goldie Hawn. Debutnya ini pun menghasilkan 2 nominasi untuknya di Golden Globe 1979 sebagai Aktor Pendatang Baru dan Aktor Terbaik dalam Komedi/Musikal. Tak lama ia mulai tampil dalam film-film komedi laris seperti Caddyshack, Oh, Heavenly Dog!, Seems Like Old Times (1980), Modern Problems, Under the Rainbow (1981), Deal of the Century (1983). Caddyshack dibuat sekuelnya 8 tahun sesudah sukses pertamanya. Namun sukses terbesar Chevy Chase adalah saat ia memerankan Clark Griswold, ayah kelas menengah yang canggung dan tengah membawa keluarganya berlibur dalam National Lampoon's Vacation (1983). Ia berpasangan dengan Beverly D'Angelo sebagai istrinya Ellen Griswold dan sepasang anak remaja. Sekuel film itu pun kembali mencatat sukses besar European Vacation (1985), Chrismast Vacation (1989) dan Vegas Vacation (1997). Juliette Lewis dan Ethan Embry pun sempat berperan sebagai anak-anaknya dalam sekuel laris ini. Sayang sekali, Chevy Chase beberapa kali salah pilih berperan dalam film yang tidak terlalu sukses. Kebanyakan ia berperan dengan rekan-rekan SNL-nya seperti Dan Aykroyd,Bill Murray dan Steve Martin. Tak jarang pula ia tampil hanya sebagai figuran saja seperti dalam LA Story (1991) dan Orange County (2002) bersama Colin Hanks
.

Rowan Atkinson
Komedian ini lebih dikenal dengan nama-nama karakter yang diperankannya Mr. Bean. Namun tak pelak lagi, itu merupakan bukti kesuksesan karir komedinya. Rowan Atkinson lahir di Newcastle Inggris tahun 1955. Ia memulai karir ketika kuliah di jurusan Teknik Elektro Oxford University. Sampai kini ia masih jadi kolumnis di majalah automotif Inggris. Setelah itu ia menjadi aktor panggung dan standing comedian di kota Edinburg dan tampil di Festival Edinburg yang terkenal sebagai ajang penggojlokan aktor-aktor sukses Inggris. Debut layar lebarnya dimulai tahun 1977 lewat film Monty Python Meets Beyond the Fringe.Setelah itu sempat tampil dalam beberapa film dan seri tivi yang digemari, namun suksesnya dimulai ketika memerankan Prince Edmund Blackadder dalam serial Black Adder (1983). Walaupun sempat putus sambung beberapa kali, serial ini masih dibuat hingga tahun 1999. Selain itu ia pun sempat tampil dalam film seperti The Tall Guy (1989), The Witches (1990), Hot Shot! Part Deux (1993), Lion King dan Four Wedding and A Funeral (1994), Maybe Baby (2000) dan Rat Race (2001). Namun sukses terbesar Rowan Atkinson adalah ketika memerankan malaikat yang dibuang ke bumi, Mr. Bean. Mr. Bean awalnya dibuat dalam versi Video tahun 1989. Kesuksesan versi Video membuat kisah ini dijadikan serial tivi pada tahun yang sama. Hingga kini Mr. Bean telah dibuat dalam 13 kali, baik dalam versi video, serial tivi hingga film layar lebar yang diluncurkan pada 1997. Rowan sempat menang 2 kali BAFTA TV Award dan 1 kali lagi dinominasikan. BAFTA adalah akademi setingkat Oscar di Inggris. Proyek terbarunya, Scooby-Doo, yang diangkat dari kisah kartun populer dan Johnny English. Tak banyak yang ingat tahun 1983, Atkinson pun sempat berakting dalam sekuel James Bond 007, Never Say Never Again.

Bill Murray
Salah satu alumni Saturday Night Live yang juga sukses di layar lebar. Karirnya dimulai dari acara radio National Lampoon Radio Hour bersama Dan Aykroyd, John Belushi dan Gilda Radner. Mereka semua akhirnya bergabung dengan Saturday Night Live dan bersama-sama dinominasikan di Emmy Awards 1979, namun gagal mendapatkannya. Namun tahun itu jelas tahun besar bagi Bill, karena debutnya di layar lebar pun dimulai lewat Meatball pada tahun yang sama. Sesudah itu Bill diajak oleh seniornya di Saturday Night Live, Chevy Chase untuk bergabung dalam Caddyshack (1980). Setelah itu, ia tampil komedi yang dipuji kritisi Tootsie (1982) bersama Dustin Hoffman dan Jessica Lange. Sukses besar diraihnya lewat Ghostbusters (1984) dan sekuelnya Ghostbuster II (1989). Setelah turut menulis skenario Quick Change (1990), Murray banyak mendapat kesempatan bagus yang membuatnya dipuji kritisi dan sukses di berbagai festival, diantaranya What About Bob? (1991), Mad Dog and Glory, Groundhog Day (1993), Ed Wood (1994). Film terbaiknya yang memberi banyak nominasi dan penghargaan adalah Rushmore (1998). Lewat film ini ia memenangkan Best Supporting Actor di American Comedy Award, Golden Satellite Award, Independent Spirit Award, Lone Star Awar, LAFCA Award, NSFC Award dan NYFCC Award, selain juga dinominasikan di Golden Globe. Selanjutnya ia main dalam Cradle Will Rock (1999), Charlie's Angels (2000) dan The Royal Tennenbaum (2001).

Jim Carrey
Jim bercita-cita menjadi komedian sejak masih sangat kecil. Usia 10 tahun ia mengirim resume untuk tampil dalam The Carol Burnett Show. Di sekolah menengah, setiap minggu ia tampil untuk standing comedy di depan kelas. Lantas ia pun memutuskan berhenti sekolah untuk tampil secara profesional dan berkeliling Los Angeles dari panggung ke panggung sejak 1979. ia mulai tampil dalam peran kecil di film sejak 1983 diantaranya Peggy Sue Got Married (1986). Damon Wayans teman mainnya dalam Earth Girls Are Easy (1989) terkesan dengan kegilaannya dan mengajaknya main dalam film garapan kakaknya Keenan Ivory Wayans, In Living Color (1990). Namun Carrey baru menemukan kunci suksesnya setelah 11 tahun jatuh bangun di layar perak dan tivi lewat Ace Ventura: Pet Detective (1994). Sukses besar film ini beruntun pada sukses-sukses selanjutnya lewat The Mask, Dumb and Dumber (1994) Selama tahun 1994 honor Carrey pun berlipat 20 kali, di Ace Ventura ia hanya dibayar 350 Ribu Dollar, lewat Dumb and Dumber ia mendapat 7 Juta Dollar. Ia melanjutkan suksesnya lewat Batman Forever, Ace Ventura: When Nature Calls (1995), The Cable Guy (1996) dan Liar Liar (1997). Sejak Cable Guy ia mulai dibayar 20 Juta Dollar. Setelah 1997, Carrey banting stir dan mengejutkan publik lewat komedi satire tentang industri tv The Truman Show (1998) dan film biografis pelawak Andy Kauffman, Man on The Moon (1999). Sesudah itu, ia kembali ke peran-peran asalnya dalam Me, Myself and Irene dan How the Grinch Stole Chrismast (2000). Film-film slapstick Carrey termasuk banyak menggunakan special effect yang menawan, misalnya dalam The Mask dan How the Grinch Stole Chrismast. Lewat Man on The Moon, Carrey yang berhasil menyingkirkan aktor Edward Norton dalam audisi, ia pun seolah-olah ingin merefleksikan kisah hidupnya lewat kisah Andy Kauffman salah satu performer slapstick terkenal. Talenta Carrey pun dihargai banyak penghargaan. Ia 5 kali dinominasikan di Golden Globe mulai 1995 (The Mask), 1998 (Liar Liar), 1999 (The Truman Show), 2000 (Man on The Moon) dan 2001 (How The Grinch Stole Chrismast). Ia menang tahun 1999 dan 2000. Namun juri Oscar masih belum bergeming untuk menyukainya, hal ini sering mengundang sindiran Carrey. Proyek terakhirnya adalah The Majestic bersama aktor sepuh Martin Landau.

Tentu saja masih ratusan nama besar lain yang tercecer sejak asal muasal dunia film. Prestasi dan popularitas mereka pun tak bisa diremehkan begitu saja. Banyak pula aktor dari genre lain yang sempat bermain slapstick atau menjadikan film-film slapstick sebagai salah satu ujian akting mereka. Nama-nama yang sudah ditampilkan hanyalah puncak dari puncak gunung es yang tidak mungkin diselusuri satu persatu. Setidaknya bisa memberi pelajaran berharga bagi yang berniat mengikuti jejaknya. (/EwinK)